ANALISA VITAMIN C METODE IODIMETRI (LANGSUNG) - Review Gadget Terbaru Fajar Nugraha Wahyu

Breaking

Saturday 16 June 2012

ANALISA VITAMIN C METODE IODIMETRI (LANGSUNG)



A. ACARA
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dengan metode iodimetri (secara langsung).

B. PRINSIP
Oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida.

C. TUJUAN
Mengetahui kadar vitamin C dalam sample yang dianalisa.

D. DASAR TEORI
Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk dalam golongan karbohidrat, protein, maupun lemak, dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan hidup serta pertumbuhan. Vitamin tidak memberikan kalori dan tidak ikut menyusun jaringan tubuh tetapi memberikan fungsi yang spesifik dalam tubuh.
Vitamin tersebut umumnya dapat dikelompokan ke dalam 2 golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi A, D, E, K dan vitamin yang larut dalam air yang terdiri dari vitamin C dan B.
• Vitamin larut lemak
o Vitamin A
Vitamin A (retinol) terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim. Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten (misalnya beta karoten), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A.

o Vitamin D
Vitamin D dapat disintesis dalam tubuh manusia dan hewan, diaktifkan oleh sinar matahari dan diangkut ke berbagai bagian tubuh untuk dimanfaatkan dan atau disimpan dalam hati.


o Vitamin E
Vitamin E (α-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas.

o Vitamin K
Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang diperlukan dalam pembekuan darah yang normal.

• Vitamin larut air
o Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 diperlukan dalam sejumlah reaksi yang melibatkan enzim, termasuk pelepasan energi dari gula. Sumber dari vitamin B1 adalah ragi, daging babi, tanaman polong, dan gandum.

o Vitamin B2 (riboflavin)
Vitamin B2 sangat penting dalam berbagai proses yang terjadi di dalam sel, terutama yang menghasilkan energi dan metabolisme asam amino, sumber makanan yang mengandung vitamin B2 adalah produk-produk olahan susu, daging, ikan, dan unggas.

o Vitamin B3 (Niasin)
Niasin penting untuk metabolisme berbagai bahan dalam tubuh, bersifat tahan panas, asam, alkali, oksidasi, vitamin ini banyak ditemukan dalam banyak bahan makanan.

o Vitamin B5 (Asam pantotenat atau Vilantae)
Vitamin ini merupakan blok pembangun koenzim A yang sangat diperlukan untuk metabolisme, banyak terdapat dalam tumbuhan hijau dan mikroorganisme kecuali hewan tingkat tinggi.



o Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin ini diperlukan sebagai katalisator pada reaksi yang melibatkan asam amino dalam sel darah, sel otak, dan sel kulit. Vitamin ini stabil terhadap panas dan asam. Akan tetapi rusak dalam larutan alkali.

o Vitamin B7 (Biotin)
Adalah vitamin B yang diperlukan unutk metabolisme lemak dan karbohidrat, biotin banyak ditemukan dalam berbagai makanan dan sumber yang mengandung banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas, telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan.

o Vitamin B9 (vitamin M atau vitamin N atau Asam folat atau folasin)
Fungsi asam folat (folasin) berkaitan dalam pembentukan salah satu komponen DNA yang penting (timidin), asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi dalam larutan asam, peka terhadap sinar matahari.

o Vitamin B12 (Sinokobalalamin)
Vitamin B12 saling berkaitan dalam pembentukan sel darah merah dan dalam pembentukan salah satu komponen DNA yang penting (timidin), vitamin ini tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras, dan larutan alkali.

o Vitamin C
Vitamin C banyak membantu dalam proses metabolisme energi, vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh, tetapi dikeluarkan dalam tubuh melalui urin dalam jumlah kecil. Karena itulah, vitamin perlu dikonsumsi setiap hari umtuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal.

Vitamin yang larut dalam lemak banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan dan biji-bijian sumber minyak seperti kacang tanah, kacang kedelai, dan sebagainya. Dan vitamin yang larut dalam air bergerak bebas dalam tubuh, darah, limpa. Karena sifatnya yang larut dalam air, vitamin mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang karena tercuci atau terlarut oleh air sehingga keluar dari bahan.
Vitamin mempunyai sifat fisis maupun kimiawi yang spesifik, maka cara analisanya juga spesifik. Ada beberapa cara analisa vitamin yaitu cara kimiawi, cara biologis maupun cara mikrobiologis.

E. ALAT DAN BAHAN
• Alat
o Spatula
o Beaker glass 250 mL
o Neraca analitik
o Labu ukur 100 mL
o Corong gelas
o Batang pengaduk
o Pipet tetes
o Botol semprot
o Pipet ukur 10 mL
o Erlenmeyer 250 mL
o Gelas ukur 25 mL
o Buret coklat 25 mL
• Bahan
o Sampel (ale-ale)
o Aquadest
o Amilum 1%
o Larutan I2 0,01 N

F. PROSEDUR
• Menimbang 10 g sampel
• Memasukkan ke dalam labu ukur dan mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda batas.
• Memipet 10 mL filtrat kemudian memasukkannya ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
• Menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan bila perlu menambahkan 20 mL aquadest.
• Menitrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai larutan berwarna biru.
G. DATA PENGAMATAN
• Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3
No g KIO3 mL Na2S2O3 N Na2S2O3
1 0,1008 28,8 0,0981
Perhitungan :
• Konsentrasi Na2S2O3
=
=
=
= 0,0981 N Na2S2O3

• Standardisasi larutan I2
V1N1 = V2N2
2,5 x 0,0981 = 25 x N2
N = 0,0098 N
• mL iod 0,01 N = 0,86 mg Vitamin C
mg asam askorbat =
= 0,98 x 0,88
= 0,8624 mg
• Titrasi vitamin C (volume 100 mL)
No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,0327 0,15 0,0098 10 12,9%
2 10,0327 0,1 0,0098 10 8,6%
• Titrasi 1
% Vitamin C =
= 12,9 %


• Titrasi 2
% Vitamin C =
= 8,6%

• Titrasi vitamin C (volume 50 mL)
No g Sampel mL I2 N I2 Fp % vit. C
1 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
2 10,1243 0,2 0,0098 5 0,52
• Titrasi 1
% Vitamin C =
= 0,52 %

H. PEMBAHASAN
Praktikum analisa kuantitatif vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung) Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,01 N yang telah distandardisasi sebagai titrant.
Sample yang dipergunakan saat praktikum adalah minuman kemasan yang banyak dijual di pasaran dengan merk dagang Ale-ale. Dalam kemasan minuman disebutkan bahwa dalam minuman tersebut mengandung vitamin C.
Vitamin C atau asam askorabat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, Vitamin C memiliki titik cair 190-192oC, bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi vitamin C sukar larut dalam pelarut organic yang pada umumnya dapat melarutkan lemak.
Hal yang pertama kali dilakukan dalam analisa kuantitatif vitamin C adalah standardisasi larutan I2 0,01 N proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3), larutan natrium tiosulfat juga sebelumnya telah distandardisasi dengan menggunakan KIO3 sebagai baku primer. Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan diketahui bahwa konsentrasi larutan I2 adalah 0,0098 N.
Titrasi iodimetri dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator. Seperti yang sudah diketahui bahwa prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analat oleh I2 menjadi I-.
penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-.
ARed + I2 Aoks + I-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.










Proses pengujian untuk sample ale-ale dilakukan dengan 2 kali pengenceran yaitu 100 mL dan 50 mL, dan masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian (duplo) sehingga saat praktikum dilakukan 4 kali titrasi, masing-masing 2 untuk setiap pengenceran.
Hal tersebut dilakukan karena pada pengujian pertama dengan pengenceran 100 mL volume I2 yang diperlukan sangat kecil, sehingga diperkirakan dengan jumlah pengenceran yang tidak terlalu banyak, maka volume titrasi juga akan sedilit bertambah.
Untuk sample dengan pengenceran 100 mL berat sample yang berhasil ditimbang adalah 10,0327 g, sample ditimbang langsung dalam labu ukur dan diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas.
Setelah sample ditimbang, selanjutnya sample dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukan dalam erlenmeyer, kemudian ditmabahkan amilum 1% sebagai indikator, dan 20 mL aquadest, setelah itu dititrasi dengan menggunakan I2 0,01 N.
Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi biru, warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir, indikator yang dipergunakan dalam analisa vitamin C dengan metode iodimetri adalah larutan amilum. Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan kadar vitamin C pada pengenceran 100 mL adalah 8,6% dan 12,9%. Hasil tersebut tidak dapat dirata-ratakan karena selisih dari kedua nilai tersebut cukup jauh.
Sedangkan pada proses titrasi pada pengenceran 50 mL, juga dilakukan 2 kali (duplo) dan titik akhir juga ditandai dengan warna biru, berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan maka dapat diketahui bahwa kadar vitamin C dalam sample pada pengenceran 50 mL adalah 8,52%.
Proses titrasi pada pengenceran 50 mL hasilnya sangat presisi dan akurasi, hal ini dikarenakan volume titrant pada percobaan pertama dan yang kedua sama-sama menghabiskan titrant sebanyak 2 mL.
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil titrasi dari pengenceran 100 mL yaitu 8,6% dan dari pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan kadar vitamin C 12,9% terjadi kesalahan, hal tersebut dapat disebabkan karena terlewatnya titik akhir sehingga volume titrasi meningkat, dapat pula disebabkan karena iod merupakan oksidator lemah sehingga tidak dapat bereaksi terlalu sempurna.
Untuk menghindari hal tersebut, maka sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH dan menambahkan bahan pengkompleksan. Akan tetapi hal tersebut tidak dilakukan saat praktikum.

I. KESIMPULAN
Pengujian kadar vitamin C dalam sample dilakukan dengan menggunakan metode iodimetri, yaitu oksidasi analat oleh I2 sehingga I- tereduksi menjadi ion iodida. Pengujian dilakukan 2 kali dengan volume pengenceran 100 dan 50 mL, dan masing-masing pengenceran dilakukan 2 kali pengujian (duplo).
Berdasarkan praktikum dan hasil perhitungan, maka dapat diketahui bahwa pada pengenceran 100 mL kadar dari vitamin C dalam sample adalah 8,6% dan 12,9%. Sedangkan pada pengenceran 50 mL adalah 8,52%.
Dan untuk hasil akhir, nilai kadar vitamin C dalam minuman kemasan adalah pada pengenceran 100 mL yaitu 8,6% dan pada pengenceran 50 mL yaitu 8,52%, hal ini dikarenakan selisih dari ke 2 nilai tersebut tidak terlalu besar.
J. DAFTAR PUSTAKA
• Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
• Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
• Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

No comments:

Post a Comment